TANGERANG – Peringkat keempat dengan kualitas udara terburuk di Indonesia diduduki oleh Kota Tangerang . Diketahui indeks mencapai 161 berdasarkan data dari lembaga IQ Air.

Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah, mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera memulai uji coba untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, terutama di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang.

“Kami berencana untuk mencobanya setiap Jumat, terutama untuk para pegawai di lingkup Pemkot. Mereka dapat menggunakan sepeda, transportasi umum, atau berbagi kendaraan. Ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,” kata Arief R Wismansyah pada Selasa (15/8/2023).

Dia menjelaskan, kondisi udara buruk di Kota Tangerang disebabkan oleh partikel udara yang terperangkap di atmosfer karena kurangnya hujan selama lebih dari dua minggu.

“Karena tidak ada hujan selama dua minggu lebih, partikel udara terperangkap di udara. Kami berharap akan ada sumber energi terbarukan dan kami juga berharap turunnya hujan,” imbuh dia.

“Mudah-mudahan pemerintah pusat dapat mengambil langkah-langkah seperti hujan buatan untuk membantu partikel udara ini turun,” sambung Arief.

Arief juga menyebutkan bahwa penanaman pohon dan dorongan kepada masyarakat untuk menggunakan transportasi umum adalah langkah yang sedang diupayakan oleh Pemerintah Kota Tangerang untuk mengurangi polusi udara.

“Tentunya polusi udara ini memiliki dampak pada kesehatan. Kami akan menambah penanaman pohon di lingkungan ini untuk mengurangi kadar gas CO2. Kami juga mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, langkah-langkah ini bertujuan untuk mengurangi emisi,” terang di.

Tak hanya itu, Pemerintah Kota Tangerang juga sedang mempertimbangkan langkah work from home (WFH).

“Saat ini kami sedang mempertimbangkan persiapan untuk langkah work from home oleh para pegawai Pemkot dan swasta,” katanya.

Arief menjelaskan bahwa dalam jangka pendek, pihaknya sedang mempersiapkan Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan survei di lapangan terkait perusahaan yang menggunakan batubara di wilayah Kota Tangerang.

“Kami juga mendorong mereka untuk beralih ke penggunaan gas. Sebenarnya, pabrik-pabrik ini telah memberikan laporan setiap semester. Kami juga berencana membangun sistem basis data real-time, sehingga informasi tersebut dapat dipantau tidak hanya setiap enam bulan sekali, tetapi kapan pun diperlukan,” pungkas dia.

Jurnalis: Dewo