JEPARA – Ada yang menarik pada pameran buku Jepara yang berlangsung dari tanggal 11 – 17 Oktober 2017 di gedung wanita Jepara. Sebab Sabtu siang ( 14/10 ) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kab Jepara mengadakan  bedah buku Ensiklopedi Toponimi Kabupaten Jepara. Acara ini diikuti oleh guru,  seniman,  pelajar, pengelola perpustakaan,  budayawan,  pegiat literasi.
Buku yang ditulis oleh Hadi Priyanto,  Iskak Wijaya. Didin Ardiansyah dan Editor Aksara,  Indria Mustika ini diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah bulan Juli lalu. Bedah buku dilakukan oleh Muhamadun Sanomae, Arif Darmawan dan Kartika Catur Pelita.  Acara ini dipandu oleh Udik Agus DW.

Buku dengan tebal 112 halaman ini berisi 35 kisah asal usul berdirinya desa serta asal usul 12 tradisi yang ada di Jepara. “Kami tidak dapat mengangkat asal usul semua desa yang jumlahnya 195 desa/kelurahan sebab ada keterbatasan halaman,  waktu dan data.” ujar Hadi Priyanto.

Karena itu buku ini juga diharapkan menjadi daya gugah bagi masyarakat,  pemerintah daerah dan para penulis untuk bersama sama melakukan usaha penyelamatan,  pelestarian dan pemeliharaan warisan sejarah dan budaya lokal melalui buku.  Bukan hanya di Jepara tetapi juga di daerah lain” ungkap Hadi Priyanto.

Sementara Muhamadun Sanomae menilai, membukukan sejarah lisan sangat penting.  Agar keteladanan dan nilai nilai luhur yang ada dalam sejarah lisan ini tidak terdistorsi oleh waktu atau bahkan  hilang. Karena itu diharapkan ada kelanjutannya hingga ditemukan kisah asal usul 195 desa yg ada di Jepara. ” Hanya saja metodologinya harus dipastikan” ujar Muhamaddun Sanomae.

Sementara Arief Darwawan menilai meningkat kearifan sejarah lokal adalah usaha penting.  Sebab kearifan lokal adalah salah satu bagian penting dalam membangun jati diri.  Karena buku ini tidak diedarkan secara luas,  harapannya ada edisi oneline agar gampang di akses oleh anak anak. Sedangkan Kartika yang diawal membacakan puisi tentang ratu Kalinyamat menilai, dalam penerbitan buku penulisan kata yang benar mutlak diperlukan.

Pada acara ini, Udik Agus DW juga memberikan waktu kepada 12 peserta bedah buku untuk memberikan pandanganya tentang buku tersebut.  Kepada mereka diberikan hadiah buku. Pada umunya mereka meminta agar dapat diterbitkan buku tentang asal usul semua desa yang ada di Jepara. (Jones)